Berikut cerita seorang warga Kampung Barukai Desa Cigedug Kabupaten Garut, mengenai kelangkaan
air bersih di kampung tersebut. Dengan menggunakan bahasa dan logat sunda yang kental, beliau menceritakan betapa susahnya mendapatkan
air bersih baik saat kemarau maupun musim hujan. Cerita tersebut saya coba
translate ke bahasa Indonesia sebagai berikut.
"Saat kemarau tiba, kelangkaan
air bersih terjadi di berbagai tempat termasuk di kampung kami. Dalam hal
air bersih, kami menggantungkan hidup pada mata
air Cipulus (Tempat mata air berada) yang berada di kaki gunung Cikuray.
Air Cipulus itu kami gunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci,
air minum dan lain-lain. Namun saat musim kemarau, satu-satunya mata
air yang menjadi sumber
air bersih tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan warga dengan cukup. Apalagi tidak hanya kami saja yang memanfaatkan mata
air tersebut, tetapi juga beberapa kampung lainnya yang juga kekurangan
air bersih."
"Masalah tidak sampai disitu, banyak petani yang secara sembunyi-sembunyi mengalihkan selang air dari Cipulus, yang kemudian mereka gunakan untuk mengairi kebunnya. Padahal aliran air tersebut merupakan pasokan air bagi semua warga kampung. lantas hal ini membuat kesal semua warga yang tidak mendapat pasokan air sedikit pun. beberapa kali terjadi perdebatan antara petani dan warga non-petani dalam memperjuangkan haknya mendapatkan air dari Cipulus. Untungnya pemerintah desa setempat dapat melerai perdebatan yang menjurus ke perkelahian itu dengan melakukan musyawarah dengan tokoh masyarakat dan warga sekitar. inilah yang membuat saya sedih. air hakikatnya adalah sumber kesejahteraan, lah kok ini malah jadi sumber perpecahan."
"Air sumur pun tidak dapat diandalkan dalam situasi seperti ini. Sudah sangat jarang saat ini rumah-rumah warga mempunyai sumur. Beberapa masih memiliki sumur tua di samping rumahnya yang sekali-kali dipakai jika kemarau datang. Warga yang lainnya seringkali membuat sumur dadakan untuk mendapatkan air bersih, namun hasilnya tidak seberapa. Kalaupun ada sumur yang airnya cukup banyak, pemakainya justru lebih banyak."
"Setali tiga uang, ketika musim hujan pun kelangkaan
air bersih di kampung kami tetap terjadi. Walaupun ketersediaan
air melimpah,
air bersih masih susah didapat. Ketika hujan lebat,
air dari Cipulus maupun dari sumur dadakan yang kami buat menjadi kotor dan keruh. Hal ini menyebabkan
air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi sebagai
air minum. Namun menjelang pagi dan hujan berhenti
air sumur dan
air Cipulus kembali jernih dan layak dikonsumsi."
"Sudah saatnya kita semua melestarikan
air bersih khususnya untuk digunakan sebagai sumber
air minum. Menanam pohon menjadi suatu keharusan, hemat
air bersih harus jadi kebiasaan, dan menjaga kelestarian
air bersih menjadi kewajiban. Generasi yang
sehat bermula dari konsumsi
air yang
sehat. Untuk itu saya berharap semua warga dapat melestarikan
air bersih demi kesehatan masyarakat."
0 comments:
Post a Comment
Terimakasih telah mengunjungi Ricky Snapshot, silahkan komentar di bawah.